05. Renungan diri
Umat manusia selalu mempunyai perhatian yang hebat
akan dirinya sendiri.
Kecakapan manusia untuk mengintrospeksi diri,
keinginan individu untuk menjelajahi lebih mengenai intisari diri
mereka, tanpa terkecuali menghasilkan berbagai penyelidikan
mengenai kondisi manusia
merupakan pokok jenis manusia secara keseluruhan.
Renungan diri
adalah dasar dari filsafat dan telah ada
sejak awal pencatatan sejarah.
Artikel ini misalnya, karena ditulis
oleh manusia, dengan sendirinya tak dapat luput dari contoh
refleksi diri.
Manusia kerap menganggap dirinya sebagai spesies
dominan di Bumi, dan yang paling maju dalam
kepandaian dan kemampuannya mengelola lingkungan.
Kepercayaan ini
khususnya sangat kuat dalam kebudayaan Barat, dan berasal dari
bagian dalam cerita penciptaan di
Alkitab yang mana Adam secara khusus diberikan kekuasaan atas Bumi dan
semua makhluk.
Berdampingan dengan anggapan kekuasaan manusia, kita
sering menganggap ini agak radikal karena kelemahan dan singkatnya
kehidupan manusia (Dalam Kitab Suci
Yahudi, misalnya, kekuasaan manusia dijanjikan dalam Kejadian 1:28, tetapi pengarang kitab Pengkhotbah meratapi kesia-siaan semua usaha
manusia).
Ahli filsafat Yahudi, Protagoras telah membuat pernyataan terkenal bahwa "Manusia adalah ukuran dari segalanya; apa yang benar, benarlah itu; apa yang tidak, tidaklah itu". Aristotle mendeskripsi kan manusia sebagai "hewan komunal" (ζωον πολιτικον), yaitu menekankan pembangunan masyarakat sebagai pusat pembawaan alam manusia, dan "hewan dengan sapien" (ζωον λογον εχων, dasar rasionil hewan), istilah yang juga menginspirasi kan taksonomi spesies, Homo sapiens.